Dibaca sebelum belajar atau ulangkaji pelajaran.
#doa sebelum mula kelas #doa penerang hati #doa mudah hafalan #doa belajar dan ulangkaji pelajaran
10 November 2017
Doa Sebelum Baca Buku
Baca doa ini sebelum mula membaca buku agama atau buku pelajaran islam.
In sha Allah anda akan ingat apa yang anda belajar.
(Kitab Al-Mustatraf , vol.1, pp.40)
Nota: Ucapkan Selawat ke atas Nabi SAW sekali sebelum dan selepas bacaan Doa
#doa sebelum mula kelas #doa penerang hati #doa mudah hafalan #doa belajar dan ulangkaji pelajaran
In sha Allah anda akan ingat apa yang anda belajar.
(Kitab Al-Mustatraf , vol.1, pp.40)
Nota: Ucapkan Selawat ke atas Nabi SAW sekali sebelum dan selepas bacaan Doa
#doa sebelum mula kelas #doa penerang hati #doa mudah hafalan #doa belajar dan ulangkaji pelajaran
26 October 2017
Doa Dimudahkan Urusan Dan Ucapan
Doa Nabi Musa a.s agar dipermudahkan urusan dan ucapan baginda ketika
menghadapi Firaun.
menghadapi Firaun.
#doa sebelum belajar, doa dalam kelas, doa berucap atas pentas
.
.
24 September 2017
Kesempurnaan Islam Seseorang
Hadis ini juga diriwayatkan oleh Qurrah bin Abdurrahman, daripada Zuhri, daripada
Abu Salamah, daripada Abu Hurairah dan sanad-sanadnya dinyatakan sebagai sahih. Tentang hadis ini beliau berkata: "Hadis ini kalimahnya pendek tetapi padat berisi
dalam mesej yang dibawanya."
Serupa dengan hadis ini ialah ucapan Abu Dzar yang bermaksud:
“Sesiapa yang menilai ucapan dengan perbuatannya, maka dia akan sedikit bicara
dalam hal yang tidak berguna bagi dirinya."
Dalam Tafsir Ibn Kathir melalui riwayat daripada Imam Malik menyebutkan dalam kitabnya Muwatta' bahawa sampai kepadanya keterangan bahawa seseorang bertanya kepada Luqman al-Hakim: "Apakah yang menyebabkan engkau mencapai darjat
yang kami saksikan sekarang?" jawabnya: "Berkata benar, menunaikan amanah dan meninggalkan apa saja yang tidak bermanfaat bagi diriku."
(Kitab Hadis 40 Imam Nawawi)
15 September 2017
Dua Zikir Ringan yang disukai Allah
Imam al-Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan daripada
Abu Hurairah r.a, beliau berkata,
Hadis bermaksud: “Rasulullah SAW bersabda, ‘Dua kalimat yang ringan
diucapkan oleh lidah, namun berat di atas timbangan, serta disukai oleh
Tuhan Yang Maha Mengasihani ialah:'Maha Suci Allah sambil (aku memuji)
dengan pujian-Nya, Maha Suci Allah Yang Maha Agung’”
(Riwayat Al-Bukhari dan Muslim) Kitab Riyadhus Shalihin
subhanallahi wa bihamdihi
subhanallahil Azeem
#dua zikir ringan yang disukai Allah, berat di atas timbangan.
14 September 2017
Doa Rezeki Halal dan Amal diterima
#doa khusus selepas solat subuh, doa diberikan ilmu bermanfaat, rezeki yang halal, amal yang diterima Allah SWT.
Allaahumma innie as aluka ìlman naa fi àn,
wa rizqan toiyiban, wa àmalan mutaqabbalan.
11 September 2017
7 September 2017
Doa / Zikir hendak Tidur
Imam al-Bukhari meriwayatkan daripada Hudzaifah dan Abu Dzarr r.huma.,
Hadis bermaksud: “Bahawa apabila Rasulullah SAW datang ke tempat tidurnya
(hendak tidur), Baginda membaca,‘Dengan nama-Mu ya Allah, aku hidup dan mati.’ ”
(Riwayat Al-Bukhari) Kitab Riyadhus Shalihin
#Doa atau zikir hendak tidur, doa ringkas tidur.
.
Kelebihan Selawat ke atas Nabi SAW
Imam Muslim meriwayatkan daripada Abu Hurairah r.a, beliau berkata,
Maksud hadis: “Rasulullah SAW bersabda, ‘Sesiapa yang berselawat (memohonkan rahmat dan kasih sayang) ke atas saya sebanyak sekali, maka Allah akan berselawat (mencurahkan rahmat dan kasih sayang) ke atasnya sebanyak 10 kali’ ”
(Riwayat Imam Muslim) Kitab Riyadhus Shalihin
Baginda Nabi SAW bersabda, maksudnya:
“Sesiapa yang ucapkan selawat ke atas ku sebanyak 10 kali pada waktu pagi dan
10 kali pada waktu petang akan menerima Syafaat pada Hari Kiamat”.
(Riwayat At-Tabrani) Sahih at-Targhib wa at-tarhib 1/273
#Kelebihan selawat ke atas Nabi Muhammad SAW, Selawat ringkas Nabi SAW, Selawat pendek. selawat nabi SAW
.
6 September 2017
Ketika Marah
Sulaymaan ibn Sard (ra- may Allah be pleased with him) said:
“I was sitting with the Prophet (SAW), and there were two men swearing at one another.
One of them was red in the face and the veins of his neck were standing out. The Prophet (SAW) said: ‘I know a word which, if only he would say it, this (anger) would leave him.
If he said, “A’oothu billaahi min al-shaytaan"(I seek refuge with Allah from the Shaitan),
this [anger] would leave him.”
(Reported by al-Bukhaari, al-Fath, 6/337)
Sulaymaan ibn Sard r.a berkata: "Semasa aku duduk bersama Rasulullah S.A.W, ada dua lelaki berkelahi antara satu sama lain. Salah seorang daripada mereka mukanya kelihatan merah dan urat lehernya tegang menonjol. Lalu Rasulullah S.A.W berkata: 'Aku tahu ucapan yang mana jika dia ucapkan, kemarahan itu akan hilang daripadanya. Jika dia ucap "a ouu
zu billahi minash-syaiton" (aku berlindung dengan Allah daripada Syaitan), kemarahan itu akan hilang daripada nya.' "
Riwayat Al-Bukhari, Fath al-Bari 6/337
#doa ketika marah, doa menghilangkan rasa marah. doa lindungi dari godaan syaitan, kemarahan. ucapan masa marah.
.
29 August 2017
Doa Nabi Yunus A.S
Laa ilaha illaa Anta subhaa naka innii kuntu minadz-zo limiin.
#doa ketika menghadapi tekanan, bimbang, bersedih, sedih, doa Nabi Yunus A.S ketika di dalam perut ikan, dugaan dan kesusahan, zikir dan doa menghilangkan rasa sedih, susah, doa Nabi Yunus A.S diperkenankan Allah
28 August 2017
Doa Ringkas Selepas Solat untuk Ibu Bapa
#doa ringkas/pendek selepas solat fardhu untuk kesejahteraan diri, kedua ibu bapa, seluruh muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminat yang masih hidup mahupun yang sudah meninggal dunia. serta selawat ke atas junjungan Nabi S.A.W,
26 August 2017
ADAB-ADAB DALAM BERDOA
Oleh Syaikh ‘Abdul Hamid bin ‘Abdirrahman as-Suhaibani
1. Mengucapkan pujian kepada Allah terlebih dahulu sebelum berdo’a dan diakhiri dengan mengucapkan shalawat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
Hal itu karena engkau memohon kepada Allah suatu pemberian rahmat dan ampunan, maka pertama kali yang harus dilakukan olehmu adalah memberikan sanjungan dan pengagungan sesuai dengan kedudukan Allah Yang Mahasuci.
عَنْ فَضَالَةَ بْنِ عُبَيْدٍ قَالَ: بَيْنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَاعِدًا إِذْ دَخَلَ رَجُلٌ فَصَلَّى فَقَالَ: اَللّهُمَّ اغْفِرْلِيْ وَارْحَمْنِيْ، فَقَالَ رَسُوْلَُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَجِلْتَ أَيُّهَا الْمُصَلِّيْ إِذَا صَلَّيْتَ فَقَعَدْتَ فَاحْمَدِاللهَ بِمَا هُوَ أَهْلُهُ وَصَلِّ عَلَيَّ ثُمَّ ادْعُهُ قَالَ ثُمَّ صَلَّى رَجُلٌ آخَرُ بَعْدَ ذَلِكَ فَحَمِدَ اللهَ وَصَلَّى عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّهَا الْمُصَلِّي ادْعُ تُجَبْ.
2. Husnuzhzhan (berbaik sangka) kepada Allah
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepada-mu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a.” [Al-Baqarah/2: 186]
Allah dekat dengan kita dan Allah bersama kita dengan ilmu-Nya (pengetahuan-Nya), pengawasan-Nya dan penjagaan-Nya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah meme-rintahkan kepada kita untuk menyerahkan masalah pengabulan do’a hanya kepada Allah dan harus me-rasa yakin dengan terkabulnya do’a.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اُدْعُوا اللهَ وَأَنْتُمْ مُوْقِنُوْنَ بِاْلإِجَابَةِ.
“Berdo’alah kepada Allah dalam keadaan engkau merasa yakin akan dikabulkannya do’a.”[2]
Maksud hadits ini adalah kalian harus merasa yakin dan percaya bahwa Allah dengan kemurahan-Nya dan karunia-Nya yang agung tidak akan mengecewakan seseorang yang berdo’a kepada-Nya, apabila dipanjatkan dengan penuh pengharapan dan ikhlas yang sebenar-benarnya. Hal ini disebabkan apabila seseorang yang berdo’a tidak percaya dan yakin akan terkabulnya do’a yang ia panjatkan, maka tidaklah mungkin ia memanjatkan do’anya dengan bersungguh-sungguh.
3. Mengakui dosa-dosa yang diperbuat. Perbuatan tersebut mencerminkan sempurnanya penghambaan terhadap Allah
Hal ini berdasarkan hadits dari ‘Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
إِنَّ اللهَ لَيَعْجَبُ مِنَ الْعَبْدِ إِذَا قَالَ: لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ إِنِّيْ قَدْ ظَلَمْتُ نَفْسِيْ فَاغْفِرْلِيْ ذُنُوْبِيْ إِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ، قَالَ: عَبْدِيْ عَرَفَ أَنَّ لَهُ رَباًّ يَغْفِرُ وَ يُعَاقِبُ.
4. Bersungguh-sungguh dalam berdo’a
Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu, bahwasanya ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا دَعَا أَحَدُكُمْ فَلْيَعْزِمِ الْمَسْأَلَةَ وَلاَيَقُوْلَنَّ اللّهُمَّ إِنْ شِئْتَ فَأَعْطِنِيْ فَإِنَّهُ لاَ مُسْتَكْرِهَ لَهُ.
‘Apabila salah seorang di antara kalian berdo’a maka hendaklah ia bersungguh-sungguh dalam permohonannya kepada Allah dan janganlah ia berkata, ‘Ya Allah, apabila Engkau sudi, maka kabulkanlah do’aku ini,’ karena sesungguhnya tidak ada yang memaksa Allah.”[4]
Maksud dari bersungguh-sungguh dalam berdo’a adalah terus-menerus dalam meminta dan memohon kepada Allah dengan mendesak.
5. Mendesak terus-menerus dalam berdo’a
Hal ini berdasarkan hadits dari ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma, ia berkata,
سُرِقَتْ مِلْحَفَةٌ لَهَا، فَجَعَلَتْ تَدْعُوْ عَلَى مَنْ سَرَقَهَا فَجَعَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: لاَ تُسَبِّخِيْ عَنْهُ.
“Mantel kepunyaannya telah dicuri, kemudian ia mendo’akan kejelekan kepada orang yang mencurinya, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ’Jangan engkau meringankannya.’”[5]
Maksudnya janganlah engkau meringankan dosa perilaku mencurinya dengan do’amu untuk kejelekannya.
6. Berdo’a dengan mengulanginya sebanyak tiga kali
Telah diriwayatkan dengan shahih dalam as-Sunnah, sebagaimana hadits riwayat Muslim yang panjang dari Sahabat Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu, ia berkata,
فَلَمَّا قَضَى النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلاَتَهُ رَفَعَ صَوْتَهُ ثُمَّ دَعَا عَلَيْهِمْ وَكَانَ إِذَا دَعَا دَعَا ثَلاَثاً وَإِذَا سَأَلَ سَأَلَ ثَلاَثاً ثُمَّ قَالَ: اَللّهُمَّ عَلَيْكَ بِقُرَيْشٍ، اللّهُمَّ عَلَيْكَ بِقُرَيْشٍ، اللّهُمَّ عَلَيْكَ بِقُرَيْشٍ.
‘Setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam selesai dari shalatnya, beliau mengeraskan suaranya, kemudian mendo’akan kejelekan bagi mereka dan apabila Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdo’a, beliau ulang sebanyak tiga kali dan apabila beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam memohon, diulanginya sebanyak tiga kali kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdo’a: ‘Ya Allah, atas-Mu kuserahkan kaum Quraisy, Ya Allah, atas-Mu kuserahkan kaum Quraisy, Ya Allah, atas-Mu kuserahkan kaum Quraisy.’”[6]
7. Berdo’a dengan lafazh yang singkat dan padat namun maknanya luas
Yaitu dengan perkataan ringkas dan bermanfaat yang menunjukkan pada makna yang luas dengan lafazh yang pendek dan sampai kepada maksud yang diminta dengan menggunakan susunan kata yang paling sederhana (tidak bersajak-sajak) sebagaimana keterangan yang terdapat dalam Sunan Abi Dawud dan Musnad Imam Ahmad dari ‘Aisyah bahwasanya ia berkata:
كَانَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْتَحِبُّ الْجَوَامِعَ مِنَ الدُّعَاءِ وَيَدَعُ مَا سِوَى ذَلِكَ.
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat menyukai berdo’a dengan do’a-do’a yang singkat dan padat namun makna-nya luas dan tidak berdo’a dengan yang selain itu.”[7]
Salah satu contoh dari do’a ini adalah hadits yang diriwayatkan dari Farwah bin Naufal, ia berkata: “Aku bertanya kepada ‘Aisyah tentang do’a yang senantiasa dipanjatkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata, “Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa mengucapkan do’a:
اَللّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا عَمِلْتُ وَشَرِّ مَا لَمْ أَعْمَلْ.
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari keburukan apa yang telah aku kerjakan dan dari keburukan yang belum aku kerjakan.”[8]
Sedangkan contoh yang lain adalah hadits Abu Musa al-Asy’ari, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwasanya beliau senantiasa berdo’a dengan do’a berikut:
اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ خَطِيْئَتِي وَجَهْلِيْ وَإِسْرَافِيْ فِي أَمْرِيْ، وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّيْ، الَلَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ جِدِّيْ وَهَزْلِيْ وَخَطَئِيْ وَعَمْدِيْ وَكُلُّ ذَلِكَ عِنْدِيْ، الَلّهُمَّ اغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّيْ، أَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ.
“Ya Allah, berikanlah ampunan kepadaku atas kesalahan-kesalahanku, kebodohanku, serta sikap berlebihanku dalam urusanku dan segala sesuatu yang Engkau lebih mengetahuinya daripada diriku. Ya Allah, berikanlah ampunan kepadaku atas keseriusanku dan candaku, kekeliruanku dan kesengajaanku, semua itu ada pada diriku. Ya Allah, berikanlah ampunan kepadaku atas apa-apa yang telah aku lakukan dan yang belum aku lakukan, apa-apa yang aku sembunyi-kan dan yang aku tampakkan, serta apa-apa yang Engkau lebih mengetahui daripada aku, Engkaulah Yang Mahamendahulukan (hamba kepada rahmat-Mu) dan Yang Mahamengakhirkan, Engkaulah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu.”[9]
8. Orang yang berdo’a hendaknya memulai dengan mendo’akan diri sendiri (jika hendak mendo’akan orang lain)
Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ
“…Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami…” [Al-Hasyr/59: 10]
Firman-Nya yang lain:
قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِأَخِي وَأَدْخِلْنَا فِي رَحْمَتِكَ
“Musa berdo’a: ‘Ya Rabbku, ampunilah aku dan saudaraku dan masukkanlah kami ke dalam rahmat Engkau…’” [Al-A’raaf/7: 151]
Firman-Nya yang lain:
رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ
“Ya Rabb-ku, berikanlah ampun kepadaku dan kedua ayah ibuku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari Kiamat).” [Ibrahim/14: 41]
Dari Ibnu ‘Abbas dari Ubay bin Ka’ab, ia berkata,
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا ذَكَرَ أَحَدًا فَدَعَا لَهُ بَدَأَ بِنَفْسِهِ.
“Apabila Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ingat kepada seseorang, maka beliau mendo’akannya dan sebelumnya beliau mendahulukan berdo’a untuk dirinya sendiri.”[10]
Namun hal tersebut bukan merupakan kebiasaan dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan terkadang memang benar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendo’akan orang lain tanpa mendo’akan dirinya sendiri sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam kisah Hajar:
يَرْحَمُ اللهُ أُمَّ إِسْمَاعِيْلَ لَوْ تَرَكَتْهَا لَكَانَتْ عَيْناً مَعِيْناً.
“Semoga Allah memberikan rahmat kepada Ibu Nabi Isma’il, seandainya beliau membiarkan air Zamzam (mengalir bebas) niscaya ia menjadi mata air yang terus mengalir.”[11]
9. Memilih berdo’a di waktu yang mustajab (waktu yang pasti dikabulkan), di antaranya adalah:
a. Pada waktu tengah malam[12]
b. Di antara adzan dan iqamah[13]
c. Di saat dalam sujud[14]
d. Ketika adzan
e. Ketika sedang berkecamuk peperangan[15]
f. Setelah waktu ‘Ashar pada hari Jum’at[16]
g. Ketika hari ‘Arafah[17]
h. Ketika turun hujan[18]
i. Ketika 10 hari terakhir bulan Ramadhan (Lailatul Qadar). (Lihat ad-Du’a, karya ‘Abdullah al-Khudhari).[19]
[Disalin dari kitab Aadaab Islaamiyyah, Penulis ‘Abdul Hamid bin ‘Abdirrahman as-Suhaibani, Judul dalam Bahasa Indonesia Adab Harian Muslim Teladan, Penerjemah Zaki Rahmawan, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir Bogor, Cetakan Kedua Shafar 1427H – Maret 2006M]
_______
Footnote
[1]. Shahih: Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no. 3476) dan Abu Dawud (no. 1481). Dishahihkan oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah dalam Shahiihul Jaami’ (no. 3988).
[2]. Hasan: Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dalam Sunannya (no. 3479). Dihasankan oleh Syaikh al-Albani rahimahullah dalam Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah (no. 594).
[3]. Shahih: Diriwayatkan oleh al-Hakim (II/98-99) dari Sahabat ‘Ali bin Rabi’ah. Lihat Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah (no. 1653), karya Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah.
[4]. Shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 6338) dan Muslim (no. 2678). Lafazh hadits ini berdasarkan riwayat al-Bukhari.
[5]. Dha’if: Diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam Sunannya (no. 1497). Didha’ifkan oleh Syaikh al-Albani t dalam Dha’iif Sunan Abi Dawud (no. 1050).
[6]. Shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 240) dan Muslim (no. 1794 (107)).
[7]. Shahih: Diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 1482), Ahmad (VI/148, 189) dan al-Hakim (I/539). Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani rahimahullah dalam Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir (no. 4949).
[8]. Shahih: Diriwayatkan oleh Muslim (no. 2716).
[9]. Shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 6399) dan Muslim (no. 2719 (70)).
[10]. Shahih: Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no. 3385) dan Abu Dawud (no. 3984). Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani rahimahullah dalam Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir (no. 4723).
[11]. Shahih: Diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnadnya (V/ 121, no. 21163). Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani rahimahullah dalam Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah (no. 1669).
[12]. Dalilnya firman Allah Ta’ala:
وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
“Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah).” [Adz-Dzaaariyat/51: 18]
Hadits dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِيْنَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ اْلآخِرِ يَقُوْلُ: مَنْ يَدْعُوْنِيْ فَأَسْتَجِيْبَ لَهُ، مَنْ يَسْأَلُنِيْ فَأُعْطِيَهُ،
مَنْ يَسْتَغْفِرُنِيْ فَأَغْفِرَ لَهُ.
[13]. Dalilnya sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
اَلدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ اْلأَذَانِ وَاْلإِقَامَةِ فَادْعُوْا.
“Do’a yang dipanjatkan antara adzan dan iqamah tidak akan ditolak, maka berdo’alah.” [HR. Abu Dawud no. 521, at-Tirmidzi no. 212, Ahmad III/155 dan at-Tirmidzi berkata: “Hadits hasan shahih.” Syaikh al-Albani menshahihkan dalam Shahiihul Jaami’ no. 3408).
[14]. Dalilnya sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أََقْرَبُ مَا يَكُوْنُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَ هُوَ سَاجِدٌ، فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ.
“Saat yang paling dekat antara seorang hamba dengan Rabb-nya adalah ketika dia sedang sujud (kepada Rabb-nya), maka perbanyaklah do’a (dalam sujud kalian).” [HR. Muslim no. 482, Abu Dawud no. 875 dan an-Nasa-i II/226 no. 1137]
[15]. Dalilnya sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ثِنْتَانِ لاَ تُرَدَّانِ أَوْ قَلَّماَ تُرَدَّانِ الدُّعَاءُ عِنْدَ النِّدَاءِ وَ عِنْدَ الْبَأْسِ حِيْنَ يُلْحِمُ بَعْضُهُمْ بَعْضاً.
“Dua waktu yang tidak akan ditolak (permohonan yang dipanjatkan di dalamnya, atau sedikit kemungkinan untuk ditolak, yaitu do’a setelah (dikumandangkan) adzan dan do’a ketika berkecamuk peperangan, tatkala satu dan lainnya saling menyerang.” [HR. Abu Dawud no. 2540, ad-Darimi no. 1200, Syaikh al-Albani menshahihkan dalam Shahiihul Jami’ no. 3079].
[16]. Setelah ‘Ashar pada hari Jum’at, dalilnya:
فِيهِ سَاعَةٌ لاَيُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّيْ يَسْأَلُ اللهَ تَعاَلَى شَيْئًا إِلاَّ أَعْطَاهُ إِيَّاهُ وَأَشَارَ بِيَدِهِ يُقَلِّلُهَا.
“Pada hari itu (hari Jum’at) terdapat waktu-waktu tertentu, tidaklah seorang hamba berdiri melaksanakan shalat dan berdo’a memohon sesuatu kepada Allah, melainkan Allah pasti akan mengabulkannya. Kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan isyarat dengan tangannya (yang menggambaran) waktu itu pendek.” [HR. Al-Bukhari no. 935 dan Muslim no. 852 (13)]
Waktu itu adalah saat setelah shalat ‘Ashar sebagaimana yang dikuatkan oleh Ibnul Qayyim dalam kitabnya Zaadul Ma’ad (I/390).
[17]. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ…
“Sebaik-baik do’a ialah do’a hari Arafah…” [HR. At-Tirmidzi no. 3585, Malik dalam al-Muwaththa’ no. 500, hadits ini dihasankan oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani di dalam Shahiihul Jami’ no. 3274 dan Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah no. 1503]
[18]. Dari Sahl bin Sa’ad Radhiyallahu anhu, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ثِنْتَانِ مَا تُرَدَّانِ الدُّعَاءُ عِنْدَ النِّدَاءِ وَ تَحْتَ الْمَطَرِ.
“Dua waktu yang padanya sebuah permohonan (do’a) tidak akan ditolak oleh Allah, do’a ketika setelah dikumandangkan adzan dan do’a ketika turun hujan.” [HR. Al-Hakim II/114, Abu Dawud no. 3540. Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani menghasankannya dalam Shahihul Jami’ no. 3078]
[19]. 10 hari terakhir bulan Ramadhan (di dalamnya terdapat Lailatul Qadar). Dari ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma ia berkata, “Aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apakah yang sebaiknya aku baca pada Lailatul Qadar?’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Bacalah:
اَللّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ العَفْوَ فَاعْفُ عَنِّيْ.
‘Ya Allah, sesungguhnya Engkau Mahapemberi maaf dan mencintai pemberian maaf, maka maafkanlah aku.’” [HR. At-Tirmidzi no. 3513 dan Ibnu Majah no. 3850. Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahiihul Jami’ no. 4423].
Sumber: https://almanhaj.or.id/4003-adab-adab-dalam-berdoa.html
Subscribe to:
Posts (Atom)